Berbagai ulasan mengenai analisis dialel memperlihatkan inferensia tentang topik ini, didominasi oleh analisis sifat tunggal, misalnya analisis ragam seperti Metode Griffing dan Hayman (Hill et al. 1990), dan analisis entries-by-tester biplot (Yan & Hunt, 2002; Sharifi & Motlagh 2011). Pendekatan analisis sifat tunggal mengasumsikan bahwa sifat yang dianalisis bebas dari sifat-sifat yang lain, walaupun asumsi ini sulit dipenuhi karena tingginya korelasi antarsifat pada tanaman (Johnson & Wichern 2002). Agar inferensia bersifat komprehensif untuk banyak sifat, maka perlu dikembangkan analisis dialel sifat berganda (diallel analysis of multiple traits).
Penerapan metode biplot untuk menganalisis data silang dialel dapat digunakan selanjutnya untuk mengeksplorasi daya gabung umum (general combining ability), daya gabung khusus (specific combining ability) dan pengaruh resiprok untuk banyak sifat secara serempak.
Metode analisis dialel sifat berganda merupakan pengembangan dari metode seleksi sifat berganda yang menggunakan pendekatan genotype-by-traits biplot (GT Biplot) (Yan & Fregeau-Reid 2008). Dengan menggantikan obyek genotipe (genotype, G) dengan obyek silangan (cross, C), dan dengan modifikasi-modifkasi yang diperlukan, maka metode ini dapat disebut sebagai metode cross-by-traits biplot (CT Biplot).
Konsep ini selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi data silang dialel pada kacang hijau, dari suatu seri penelitian yang dirancang untuk mencapai tujuan perbaikan potensi hasil kacang hijau yang memiliki karakteristik bobot biji tinggi, berumur genjah, berukuran biji besar, dan cenderung panen serempak. Namun tujuan perbaikan umur genjah dan cenderung panen serempak tidak diulas dalam makalah ini.
Ulasan selengkapnya dapat dibaca dalam makalah pada link berikut:
Penerapan metode biplot untuk menganalisis data silang dialel dapat digunakan selanjutnya untuk mengeksplorasi daya gabung umum (general combining ability), daya gabung khusus (specific combining ability) dan pengaruh resiprok untuk banyak sifat secara serempak.
Metode analisis dialel sifat berganda merupakan pengembangan dari metode seleksi sifat berganda yang menggunakan pendekatan genotype-by-traits biplot (GT Biplot) (Yan & Fregeau-Reid 2008). Dengan menggantikan obyek genotipe (genotype, G) dengan obyek silangan (cross, C), dan dengan modifikasi-modifkasi yang diperlukan, maka metode ini dapat disebut sebagai metode cross-by-traits biplot (CT Biplot).
Konsep ini selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi data silang dialel pada kacang hijau, dari suatu seri penelitian yang dirancang untuk mencapai tujuan perbaikan potensi hasil kacang hijau yang memiliki karakteristik bobot biji tinggi, berumur genjah, berukuran biji besar, dan cenderung panen serempak. Namun tujuan perbaikan umur genjah dan cenderung panen serempak tidak diulas dalam makalah ini.
Ulasan selengkapnya dapat dibaca dalam makalah pada link berikut:
Analisis Dialel Sifat Berganda
Makalah ini telah disajikan dalam bentuk poster pada Seminar Nasional dan Kongres PERIPI Komda Jawa Barat di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung, pada Sabtu, 10 Desember 2011.
Suatu teknik atau metode tentunya akan applicable lalu sustainable jika terbukti berguna untuk menghasilkan banyak produk, misalnya dalam hal ini varietas-varietas unggul baru atau paling tidak galur-galur harapan. Ada baiknya jika diberikan contoh-contoh aplikasi CT Biplot pada suatu aktivitas karakterisasi genetik atau pemuliaan suatu komoditas. Mungkin pada artikel berikutnya.
BalasHapusAnalisis biplot merupakan bentuk analisis yang umum untuk memperagakan suatu TABULASI SILANG berukuran r baris dan c kolom secara serempak. Penggunaan umum biplot dalam pemuliaan adalah untuk analisis interaksi Genotipe x Lingkungan (stabilitas dan adaptasi). Misalnya AMMI Biplot dan GGE Biplot. Dalam tulisan ini, penggunaan biplot adalah untuk analisis daya gabung dan pengaruh resiprok.
BalasHapusAndaikan tabulasi silang itu merupakan matriks A berdimensi r x c, maka penguraian nilai singular matriks A = CT dengan C = cross dan T= = traits menghasilkan komponen utama-komponen utama berdimensi r x c.
Jika C pangkat 0.5 dan T pangkat 0.5, maka analisis ini merupakan analisis biplot. Bila C pangkat 1 dan T pangkat 0, maka hasil analisis mirip hasil analisis komponen utama. Jika C pangkat 0 dan T pangkat 1, maka hasil analisis mirip analisis cluster. Untuk karakterisasi genetik umumnya menggunakan analisis cluster, atau dengan Biplot dengan pendekatan C pangkat 1 dan T pangkat 0 dalam suatu analisis GT biplot (Genotype-by-traits biplot).
Untuk tujuan yang lain, dapat dikembangkan sendiri. Mungkin, jika ada data, saya akan mencoba menjawab masalah yang anda katakan dengan Biplot.